Lawu 3.265 (Antara Dingin, Anggrek dan Berry)

Rencana panjang yang telah diagendakan oleh teman-teman MPA Mahameru untuk mengadakan pendakian massal akhirnya berangkat dengan 61 orang peserta. Dua truk yang kami pilih untuk menjadi alat transportasi menuju ke Lawu mengantar kami dengan setia. Berangkat dari Jogja, Sabtu, 19 Oktober 2013 pukul 09.00 dengan waktu keberangkatan yang molor 1 jam. Cuaca yang mengiringi kami selama perjalanan benar-benar luar biasa panas. Perjalanan selama 4 jam yang cukup membuat kami semua butuh pasokan air minum yang cukup banyak. Truk berhenti dua kali selama perlananan menuju ke Gunung Lawu alhasil karena panas yang terik, tujuan utama berhenti adalah...membeli minuman,haha..hal yang perlu diperhatikan saat mendaki (atau pergi kemanapun) sediakan air minum yang mudah untuk diambil.

Suasana perjalanan yang panas terik (dokpri)
Perjalanan 4 jam menuju ke Gunung Lawu yang memiliki ketinggian 3.265 mdpal berjalan dengan lancar. Lega rasanya karena salah satu dari teman mengabarkan akan datang, mas Rohmad (sesepuh mahameru) bersama temannya. Mengingat banyaknya peserta namun panitia rada was-was dengan panitia angkatan “tua” yang terbatas. Pukul 13.00 sampailah kami di Base Camp pendakian gunung Lawu. Ku kira basecampnya luas dan dapat digunakan untuk menampung 61 peserta, ternyata...jauh dari perkiraan. Ya sudahlah...akhirnya kami berkumpul ke tanah lapang di belakang tugu masuk (Jalur Lawu Via Cemoro Sewu). Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, dan aku berada di kelompok 2.
Jalur pertama merupakan jalan yang kemiringannya belum terlalu curam, dengan tatanan batu dan kanan kiri berupa vegetasi hutan cemara. Terlihat dari beberapa titik di tempat tersebut sering digunakan untuk berkemah. Di sini dapat juga digunakan untuk mencari kayu untuk mengurangi beban (dari pengalaman saya). Setelah melewati hutan cemara akan sampai di ladang dan perkebunan penduduk. Di sana sini terdapat bunga, yang saya menyebutnya itu bunga wortel. Entah benar apa tidak. Jalanan kemudian mulai menanjak, dan sesaat kemudian kami bertemu bangunan kecil beratap asbes. Nah,ada petunjuknya juga, sampailah kami di Sendang Panguripan. Bertemu dengan pendaki asal Jakarta, dan mereka menyarankan untuk mengisi ulang air, karena di atas sumber mata air sudah tak ada lagi. Kebetulan saat itu musim kemarau dan belum pernah turun hujan.

Botol kosong kami telah terisi air, dan saatnya melanjutkan perjalanan. Vegetasi mulai rapat. Jalan mulai menanjak. Masih dengan jalan berbatu yang cukup menyiksa dengkul. 15 menit berselang sampailah kami di Pos 1, istirahat sejenak sambil menyapa ada seorang bapak dan seorang ibu yang berada di Pos tersebut. Kami berhenti sebentar, sambil melihat medan di depan mata semakin menanjak. Selesai istirahat, kami melanjutkan perjalanan. Namun cuaca petang itu kurang bersahabat, awalnya gerimis kecil, lama-lama hujan deras pun datang. Niat awal ingin melanjutkan perjalanan, namun ada salah satu angggota yang ndak bawa mantrol. Karena ndak ada yang tahu, pos 2 jauh pa dekat akhirnya kami memutuskan kembali ke Pos 1. Lumayan.....baru sekali itu naik gunung kehujanan deras. Sampai di Pos 1, ternyata eh ternyata ketemu rombongan kelompok 3. Untungnya mereka tidak kehujanan. Kelompok kami, yang sudah basah kuyup kehujanan akhirnya ganti pakaian dan menghangatkan badan dengan arang yang kami bawa. Setelah hujan cukup reda kelompok 4 (mawar) menyusul, anggota kelompok mereka basah kuyup. Karena pos 1 penuh sesak oleh kelompok kami (kelompok 2) dan 3, dengan semangat kelompok mawar melanjutkan perjalanan.
Ternyata benar keputusan yang kami ambil, jarak dari Pos 1 ke pos 2 lumayan jauh. Menjelang petang kami sampai di pos 2, kira-kira maghrib. Sesampai di Pos 2 ternyata kelompok 1 ada di sana, berteduh. Saat itu pos 2 benar-benar penuh sesak. Banyak pendaki lain juga berteduh. Pos 2 terletak di bawah tebing batu, terdapat bangunan permanen, lengkap dengan atap seng. Terdapat tanah terbuka yang dapat digunakan untuk mendirikan 4 tenda ukuran kecil (5 tenda cukup asal nyempil-nyempil :D).
Saya dan beberapa teman lain akhirnya ngecamp di pos 2, dengan pertimbangan cuaca yang masih belum menentu. Kami mendirikan tenda, sholat, memasak dan beristirahat. Ternyata Gunung Lawu adalah salah satu gunung terdingin yang pernah saya daki. Benar saja, karena baru pertama kali, saat saya tertidur...terbangun hanya kerena merasa kedinginan. Waktu itu saya tidur setenda dengan teman saya Isna, dan dalam tenda kapasitas 3  orang, hanya kami isi berdua saya. Karena ada sebagian teman yang sudah naik dan masih tinggal di pos 1.
Pukul 22.15 udara terasa semakin dingin. Rupanya cuaca sudah rada cerah. Bulan kembali menyinarkan terangnya. Ya...saya dan teman saya kelaparan plus kedinginan (lengkap sudah). Saya keluar dan mengganggu teman saya Bass, Pam dan Bowenk...mau bikin mi karena lapar..haha maap bro. Ternyata Surya dan Bowenk merencanakan naik, sementara yang lain sudah malas untuk melanjutkan perjalanan. Termasuk saya dan Isna...haha. Beberapa saat kemudian, Dimas dan teman-temannya menyusul naik. Saya yang ditawari untuk ikut naik, lebih memilih masuk ke tenda dan merentangkan SB dan jaket saya kembali...tidur.

Berry Gunung (dokpri)
Anggrek liar (dokpri)
















Jam 05.30 terbangun, sholat shubuh dengan merasakan dinginnya pagi di Lawu. Saya dan Isna berdiskusi dan akhirnya bersemangat melanjutkan perjalanan, karena cuaca pagi itu cukup cerah. Pos 2 ke pos 3 jaraknya tidak terlalu jauh. Di pos 3 terdapat gardu permanen, dengan seng yang sudah kabur ke mana-mana karena angin. Di pos 3, vegetasi tidak terlalu rapat jadi anginnya cukup gede. Sesampai di Pos 3 kami bertemu dengan kelompok 4 yang sebagian sudah naik duluan. Saya sebenarnya rada kesiangan, tapi berharap sampai puncak. Hanya kami dua wanita, naik...dan berharap sampai puncak. Pos 3 ke pos selanjutnya ternyata masih jauh. Tapi medannya cukup mudah dilalui, karena disediakan fasilitas berupa tatanan batu dan ada beberapa bagian yang sudah dilengkapi besi pegangan. Kami akhirnya berpapasan dengan teman-teman pendaki dari Solo. Perjalanan rada estafet, jam 08.00 kami sampai di Pos Tanah Putih sesaat kemudian sampailah kami di Pos 4 (tanah terbuka lumayan luas). Selama perjalanan dari pos 3 ke pos 4 saya dan Isna sama sekali belum bertemu dengan teman sekelompok kami.
otw turun (dokpri)
Setengah sembilan kami sampai di pos 4, dan ternyata kami menemukan Bowenk, Surya dan Otong. Niatnya mau ke puncak tapi karena takut kemalaman turunnya, jadi saya dan Isna harus cukup senang sampai di pos 4. Akhirnya kami turun, sambil foto-foto karena dari pos 4 Telaga Sarangan sudah bisa dilihat. Sambil turun, sambil mungutin sampah...lumayan dapet banyak (Save Our Jungle...hehe). Jam 11.00 kami sampai di Pos 3. Sekitar setengah 12 kami sampai di pos 2. Istirahat sebentar dan bongkar dom, jam setengah 1 kami turun. Kembali lagi di Sendang Panguripan dan ada salah satu teman kami yang cedera. Kakinya keseleo, dan dengan bantuan dari teman-teman dan pendaki lain, akhirnya teman kami yang cedera berhasil turun.

Sampai di  bawah, kami membersihkan diri...kemudian sholat. Semangkuk soto dan segelas teh hangat kami gunakan untuk menganjal perut yang lapar. 15.30 kami berangkat pulang, dengan bapak sopir truk yang senang-senang susah...hehe J. Selama perjalanan pulang, wajah-wajah lelah terlihat jelas dari raut muka teman-teman saya, termasuk saya. Pukul 19.30 kami tiba kembali di kampus. Perjalanan yang menyenangkan. Subhannallah...merasakan Gunung Terdingin yang berada di tanah Jawa ini.
dua srikandi (dokpri)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keringat mu..Tak dihargai Seberapa, Tetapi Niat mu Luar Biasa

GUNUNG SINDORO 3.153 mdpl PADANG EDELWEISS SINDORO