|
Jajaran bongkahan batu besar Nglanggran yang hanya dapat ku saksikan dari kejauhan (dokpri) |
Sang surya mulai menggeliat.
Sinar hangatnya yang semakin terik membarengi datangnya pesan singkat yang saya
terima pagi itu. Salah seorang teman mengirim pesan singkat,mengajak saya untuk
ikut “rewang gawe” demi kewajiban yang harus kami selesaikan sebagai mahasiswa
semester akhir. Berpacu dengan waktu, karena tumpukan cucian sudah terlanjur
basah. Singkat cerita cucian tersebut terselesaikan juga dalam waktu 1 jam,
lebih cepat dari biasanya. Lanjut untuk persiapan dan mengemasi barang serta peralatan
tempur lapangan.
Membawa sebotol air minum,
buku catatan, kamera dan satu set pakaian ala lapangan. Melewati lebih
dari 10 traffic light, perjalanan dari
rumah hingga bertemu dengan teman-teman di jalan Wonosari. Kali ini saya dan
teman-teman akan menyusuri Kecamatan Patuk dan sekitarnya. Menelusuri Dusun
Bobung, Keduro, Geduro, Glagah, Glepung yang seluruhnya terletak di Kecamatan
Patuk. Banyak yang dapat saya temukan di sepanjang perjalanan. Jalan yang
menanjak dan menikung, siap memacu adrenalin. Tetapi dibalik sulitnya medan
yang kami lalui, indahnya pemandangan dapat kami temukan. Bongkahan-bongkahan
batu besar yang mengiring perjalanan kami, petak-petak sawah menghijau yang bersekat
terasering, hutan jati dan kebun campuran di kanan kiri jalan, hingga para
pengrajin topeng dari Dusun Bobung yang ramah dan siap menjadi penunjuk jalan
sesaat jika kami tersesat.
|
Kesederhanaan dan keramahan penduduk yang kami jumpai sepanjang perjalanan (dokpri) |
Panas terik yang megiringi
kami sepanjang perjalanan, canda tawa disela-sela “tandang gawe” siang hingga
sore itu membuat waktu terasa teramat singkat. Di tengah perjalanan, saya menunjuk
sambil berseru....Nglanggran. Gunung api purba yang hingga saat ini puncaknya
masih belum dapat saya jumpai. Hanya dapat melihat dari kejauhan dan mengagumi indahnya
pahatan batu-batuan tersebut. Di bawah jajaran bongkahan batu besar itu
mengalir Sungai Widoro yang menjadi sumber penghidupan bagi penduduk di
desa-desa yang masih sangat asri. Penduduk dengan kehidupan yang sederhana dan
memiliki keunikan dalam upaya penghidupannya. Mulai dari pengrajin topeng kayu,
petani dan peternak yang mencari rumput menaiki dan menuruni jalan-jalan
menanjak yang melelahkan. Kesederhanaan penduduk desa yang selama ini saya
temui dan rasakan langsung. Bahkan disela-sela kami mencari tempat untuk
beribadah, ada salah satu ibu-ibu yang menawari kami untuk beristirahat dan
mengijinkan kami beribadah ditempat beliau. Berhubung kami harus melanjutkan
perjalanan, dan mengejar waktu maka kami terpaksa melewatkan tawaran ibu
tersebut.
|
Hasil jepretan saat berniat nge-trip ke Nglanggran namun belum sampai puncaknya, karena cuaca yang tidak mendukung (dokpri) |
Banyak hal yang menarik
yang dapat saya temukan di tempat ini. Tertarik dengan Gunung Api Purba
Nglanggran yang entah kapan dapat kutemukan di mana puncaknya. Tertarik dengan
kehidupan penduduk perajin topeng kayu di Dusun Bobung. Mengagumi cara hidup
petani dengan uniknya orang-orangan sawah serta sistem irigasi yang jalur
irigasinya terbuat dari bongkahan batu-batu besar. Serta penasaran menyaksikan
akhir tujuan dari penunjuk jalan yang menuju ke arah air terjun Banyu Nibo.
Namun untuk kali ini rasa penasaran dan rasa tertarik yang saya rasakan harus
disimpan rapat-rapat menunggu waktu luang dan kesempatan yang tepat untuk
menjejaki wisata di sekitar Gunung Api Nglanggran yang dapat saya jadikan paket
wisata komplit. Suatu hari semoga saya dapat menyambangi tempat-tempat tersebut.
Sore itu kami tutup kebersamaan kami dengan makan bersama di tempat teman kami
yang sedang memiliki tandang gawe, hingga akhirnya harus kembali menyusuri 10
lampu merah menempuh perjalanan 40 km++.
|
hamparan sawah menghijau di antara bukit-bukit hutan pohon jati (dokpri) |
|
mari makan bersama! (dokpri) |
|
berasa di rakum, ala wonosari (dokpri) |
Komentar
Posting Komentar