Sepekan ini aktivitas
gunung Merapi kembali menunjukkan peningkatan. Sejak Merapi melalui masa tenang
pasca erupsi gunung Merapi tahun 2010 kemarin, kini Merapi mulai menggeliat
lagi. Memang sudah menjadi watak dari
gunung yang satu ini, tiap 4-7 tahun sekali selalu menunjukkan aktivitasnya. Tak
heran, gunung api yang satu ini menjadi salah satu gunung teraktif di dunia. Erupsi
tahun 2010 menjadi erupsi terbesar yang pernah saya alami. Meskipun sebelumnya
Merapi juga pernah mengalami erupsi besar, namun pada waktu-waktu sebelumnya
saya belum dapat merasakannya. Bencana memang menjadi sebuah berkah dan anugrah
tersendiri bagi manusia. Saat Merapi mengalami erupsi tahun 2010 banyak menyisakan cerita duka. Dibalik
cerita duka tersebut, banyak hikmah dan sisi positif yang alam berikan pada
manusia. Dari alamlah manusia belajar, karena manusia hidup dan hendaknya
manusia yang menyelaraskan diri dengan alam. Tanah yang subur, material gunung
berapi, sumber mata air yang semuanya menjadi ladang penghidupan bagi penduduk
yang tinggal di sekitarnya, bahkan keindahan alam yang dapat saya nikmati. Sebagai
pecinta gunung yang berdomosili di Jogja, menjadi suatu ritual tersendiri untuk
datang dan menyambangi Merapi. Sejak sepekan Merapi dikabarkan menunjukkan aktivitasnya,
menjadi awal bagi saya untuk melakukan rekam jejak perjalanan ke Merapi tahun
2012 lalu.
|
yang satu suhu yang satu newbie :D (dokpri) |
|
hore....sampe juga ke puncak 2.928 mdpal (dokpri) |
Pendakian ke Merapi memang
menjadi salah satu pendakian yang cukup nekat. Dua minggu berturut-turut saya
mendatangi Merapi. Pendakian pertama menjadi perkenalan saya dengan Merapi. Sudah
berkali-kali ke Merbabu menjadi terasa aneh bagi saya jika mengenal gunung yang
lebih dekat tidak saya lakukan. Bersama mas Yudi, mas Priyo, Angga dan Dafi
saya niatkan pendakian pertama ke Marapi. Mendaki dengan keempat teman dan semuanya
laki-laki,dibutuhkan tenaga ekstra untuk dapat mengimbangi kemampuan mereka, meskipun pada akhirnya Angga sakit dan mas Yudi yang akhirnya merawat Angga. Berhubung memasuki musim penghujan, menjadi sedikit was-was jika
cuaca tidak mendukung. Meskipun saat di perjalanan sempat terguyur hujan, namun
saat melakukan pendakian cuaca kembali cerah. Hanya saja malam saat melakukan
pendakian, gerimis sempat mengiringi perjalanan kami. Meskipun demikian saat
nge-camp di pasar Bubrah dan
menyaksikan tebing puncak Merapi yang teramat terjal menjadi tantangan
tersendiri. Pagi hari, saat melihat tebing mengarah ke puncak, benar saja
mental saya kembali diuji. Teman-teman saya mencoba meyakinkan saya,jika saya
dapat melakukannya. Meskipun dari kedua teman saya yang melakukan pendakian ke
puncak, saya berada di paling belakang. Namun akhirnya untuk pertama kali saya
dapat menjejakkan kaki di bibir kawah Merapi.
Berselang seminggu
kemudian, tanggal 13 Oktober 2012 saya kembali mendatangi Merapi. Kali ini
pendakian yang saya lakukan bersama 7 orang. Saat itu pula ada 3 teman wanita,
meskipun beban mental kali ini lebih berat daripada pendakian minggu lalu.
Karena pendakian minggu lalu mendaki bersama teman-teman yang notabene sudah
menjadi master dibidangnya. Sedangkan
kali ini saya harus mendaki dengan teman-teman yang sesama pendaki pemula.
Terlebih waktu itu hanya saya yang pernah melakukan pendakian ke Merapi.
Bersama Gangsar, Adit, Lisna, Iqbal, Bowenk, Kiki, Agnes dan Surya. Di awal
perjalanan cuaca cerah dan mendukung kami untuk melakukan perjalanan. Namun di
tengah perjalanan di malam hari, mental kami kembali diuji. Angin kencang, kabut,
gerimis, kilatan yang beberapa kali menyambar ditambah lagi teman-teman yang
sudah mulai merasa kelelahan menahan kantuk.
|
Narsis dulu...sebelum melakukan perjalanan (dokpri) |
Berusaha untuk menjaga
ketenangan dan mengingat-ingat kembali jalur yang minggu lalu saya lalui.
Karena kondisi yang semakin tidak mendukung, kami putuskan untuk mendirikan
tenda di Watu Gajah. Kebetulan di Watu Gajah belum ada yang mendirikan tenda.
Tidak seperti minggu lalu, saat saya melintas di Watu Gajah sudah penuh sesak
dengan tenda pendaki lain. Bersyukur karena masih ada tempat kosong untuk
mendirikan tenda, karena untuk meneruskan perjalanan ke pasar bubrah sudah
tidak dimungkinkan lagi. Maka saat pagi hari kami terbagun, cuaca cerah pun
menyambut kami. Merapi,untuk kedua kalinya engkau menyambutku dengan keramahan
mu.
|
Saat cuaca tak mendukung.maka yang dibuthkan adalah ketenangan (dokpri)
|
Menikmati awan di atas ketinggian (dokpri) |
|
Komentar
Posting Komentar