70 Tahun Sudah....Dirgahayu Negeri Ku
Indonesia tanah air ku,
tanah tumpah darah ku, di sanalah aku berdiri,
jadi pandu ibuku....itulah salah satu baris lagu dari lagu kebangsaan
Indonesia, Indonesia Raya. Negeri yang dikenal sebagai Zamrud khatulistiwa.
Negeri yang diibaratkan sebagai kolam susu, tapi entah apakah kolam susu itu
tidak ikut menguap bersama berubahnya zaman. Negeri yang gemah ripah loh
jinawi, namun masih kah negeri ini pantas disanjung demikian? dengan berita di
media cetak maupun eletronik yang selalu menyajikan berita kekeringan di hampir
setiap sudut negeri ini. Kebakaran hutan, yang ironisnya dipicu oleh
manusia-manusia yang entah, apakah ada rasa cinta mereka terhadap negeri ini?
Sebagai warga negara
asli Indonesia, yang dilahirkan dan dibesarkan di negeri ini, saya mencintai
Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Seperti itulah bentuk
cinta saya. Terutama saat beberapa waktu lalu, saya menghabiskan waktu libur
lebaran bersama keluarga saya di Bekasi. Tak lupa saya berkunjung ke rumah
saudara yang ada di Ibukota. Memang di sana-lah tempat di mana segala suku
bercampur menjadi satu, dengan segala latar belakang dan kebiasaan hidup mereka
yang berbeda. Namun sempat merasa geram, saat tidak hanya satu dua kali melihat
beberapa orang yang saya jumpai dalam perjalanan membuang sampah seenaknya. Sayang
kali itu, saya tidak sempat mengabadikan kejadian tersebut.
Tak heran jika melihat
beberapa sungai di kota itu, lebih banyak yang dihuni oleh sampah dibandingkan
sungai yang tidak dihuni oleh sampah. Ya sangat miris rasanya. Ingin rasanya
menegurnya, namun tak sampai hati ini untuk menegur, kenal saja tidak, lihat
saja baru beberapa menit yang lalu, siapa saya? Ogah dibilang sok tahu, sok ngatur
dan sok..sok yang lain, yang biasanya sesuatu yang disalah kaprahkan menjadi
sesuatu yang negatif. Salut untuk keberanian Elanto Wijoyono seperti yang
sudah berani menentang pengguna moge yang kadang berjalan seenaknya
sendiri di jalan raya #lhoh kenapa jadi ke sana. Karena itu soal nyali!
Susah payah diri ini
berpikir, bagaimana caranya untuk mengajak mereka agar peduli terhadap
lingkungan. Hanya dapat memulai dari diri sendiri, untuk selalu setia membawa
sampah pribadi ke dalam kantong-kantong yang sudah saya sediakan saat hendak
bepergian. Membawa pulang sampah itu, atau menaruhnya ke tempat sampah jika
nanti saya menemui tempat sampah yang tersedia. Maka saat kembali Jogja pun,
ritual yang selalu saya lakukan, mengantongi sampah-sampah saya ke dalam
kantong plastik untuk di bawa ke rumah. Beruntung sebelum sampai di stasiun
pemberhetian terakhir, ada bapak ranger yang membawa kantong plastik besar dan
saya dapat menitipkan sampah saya ke dalam kantong plastik besar itu. Setidaknya
sampah itu akan berada di tempat yang lebih layak, dan kereta sebagai fasilitas
umum akan terjaga pula kebersihannya.
Sudah 70 tahun
Indonesia merdeka, namun masih berandai kapan Indonesia ini akan menjadi
sepenuhnya merdeka. Merdeka itu dikatakan jika rakyatnya sudah hidup aman sentosa
dan tidak merasa terancam, merdeka itu kalau sudah tidak merasa terjajah. Namun
bagaimana jadinya kalau ancaman itu justru datang dari bangsa negara itu
sendiri? Ya...demikianlah negeri ini, hanya doa yang mampu saya panjatkan. Agar
negeri ini terus berubah menjadi lebih baik. Dirgahayu Indonesia Ku....selalu
ada cinta kepadamu dari bangsa yang masih peduli terhadapmu.
Komentar
Posting Komentar